Pages

Selasa, 19 Oktober 2010

AKULAH TONGKAT NABI MUSA ITU


Aku adalah sebuah cabang pada sebatng pohon di kebun kerajaan di istana Fir’aun, penguasa mesir waktu itu. Seorang pencari kayu memotong diriku dan aku dijadikan sebuah tongkat. Kemudian tongkat itu dibeli Musa, maka aku menjadi temannya berjalan kemanapun dia mengembara.
Aku adalah tanaman. Kemudian aku berubah menjadi benda mati. Namun aku juga menjadi salah satu tanda terbesar diantara tanda – tanda kebesaran Allah SWT. Aku, bagi Nabi Musa, adalah “tongkatku”. Tapi di sisi Allah, hakikatku adalah sesuatu yang benar – benar lain.
Permulaanku adalah sebatang pohon. Aku tidak ingin mengulang kisah Nabi Musa, sebab kalian semua sudah tahu. Namun aku akan bercerita tentang diriku ketika bersama Musa, khususnya ketika Allah memerintahkan Musa untuk melemparkan diriku di hadapan Fir’aun. Sebab Fir’aun menantang Musa untuk membuktikan kebenaran risalah Ilahi. Fir’aun menantang “datangkanlah bukti jika kamu termasuk orang – orang yang benar.” – QS Al-A’raf (7):106.
Musa mundur dua langkah dan melemparkanku sebagai tongkat ke atas lantai. Penguasa Mesir itu mengira Musa mundur karena takut. Ia juga mengira bahwa tongkat itu terjatuh dari tangannya. Maka, Fir’aun tersenyum lebar.
Saat menyentuh lantai, aku berubah menjadi ular. Aku mulai melingkar, membuka mulutku, dan menjulurkan lidah. Fir’aun benar – benar terkejut. Senyumnya langsung sirna. Tampak pada wajahnya ekspresi yang tidak pernah disaksikan para pejabat istana sebalumnya. Pucat.
Tak berapa lama, tangan Musa menjangkau diriku, dan kembali aku berubah menjadi tongkat biasa.
Hammam, pembantu Fir’aun, langsung sesumbar bahwa apa yang aku tunjukkan itu hanyalah sihir belaka, dan mengatakan bahwa di Mesir banyak tukang sihir yang lebih ampuh.
Musa sudah menjelaskan panjang lebar, tetapi mereka tetap kufur, sebab hati mereka sudah tertutup lumpur dosa.
Mereka menantang Musa, akan mendatangkan tukang sihir yang lebih lihai mengubah tongkat menjadi ular.
Maka tibalah pada hari yang ditentukan, aku kembali dibawa Musa masuk istana Fir’aun. Di hadapan kami sudah berdiri puluhan tuikang sihir dengan peralatan mereka. Tukang – tukang sihir itu terlebih dulu melempar tongkat dan tali yang berubah menjadi ular. Sebetulnya tongkat dan tali itu tetap saja tali bagiku. Tukang sihir itu telah menyihir mata orang – orang yang ada disitu, sehingga tali yang mati itu berubah menjadi ular yang bergerak – gerak menyeramkan.
Allah, Yang Maha Kuasa, berfirman “janganlah kamu takut. Sesungguhnya kamulah yang paing unggul. Lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu, niscaya ia akan memakan apa yang mereka perbuat. Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir. Dan, tak akan menang tukang sihir itu, dari manapun ia datang” QS Thaha (20): 68-69.
KETULUSAN PARA TUKANG SIHIR
Musa melemparkanku, dan aku berubah menjadi ular yang nyata. Aku menelan tongkat dan tali yang disangka ular itu. Dan terakhir aku berdiri di hadapan tukang sihir yang melongo karena heran sekaligus takut. Orang yang paling tua di antara mereka lalu bangkit dan berkata, “apa yang kita lihat ini bukan sihir. Hal ini adalah tanda kebesaran dari Allah.”
Para tukang sihir itupun sujud. Mereka berkata, “kami beriman kepada Tuhannya Harun dan Musa.”- QS Thaha (20):70.
Melihat hal itu Fir’aun murka, sebab dia sebelumnya belum pernah melihat tukang – tukang sihir itu bersujud kepada Allah. Dia berkata “Apakah kamu beriman kepadanya sebelum aku memberi ijin kepadamu? Sesungguhnya hal ini adalah suatu muslihat yang telah kamu rencanakan di dalam kota ini untuk mengeluarkan penduduknya darinya. Maka kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu ini). Demi, sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kakimu dengan bersilang. Kemudian, aku akan benar – benar menyalib kalian.
Para tukang sihir itu menjawab, “Sesungguhnya kepada Tuhanlah kami kembali. Dan, kamu tidak menyalahkan kami, melainkan karena kami telah beriman kepada ayat – ayat Tuhan kami ketika ayat – ayat itu datang kepada kami.” (mereka berdoa) “Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri.” QS Al-A’raf (7): 123-126.
Aku melihat ketulusan pada tukang sihir itu. Mereka telah melihat cahaya kebenaran Ilahi lewat perubahan diriku dari tongkat menjadi ular sejati. Memang hanya oleh orang – orang berakalah agama dapat dimengerti dengan sungguh – sungguh. Para tukang sihir itu tahu bahwa tongkat atau tali tidak akan menjadi ular, kecuali Allah menghendaki hal itu.
Karena itulah, ketika diriku, yang sekedar sebatang tongkat, diubah Allah menjadi ular, sadarlah mereka akan kekuasaan Allah. Mereka pun bersujud sekaligus bertaubat kepada Allah. Meski sikap seperti itu tidak dikehendaki oleh Fir’aun, dan mereka dibunuh sebagai syahid.
Kemenangan Musa dalam tanding ular di istana telah mempermalukan Fir’aun dan bala tentaranya. Musa dan pengikutnya sadar bahwa jiwa mereka terancam akan dibunuh, karena itulah mereka melarikan diri menjauhi istana. Namun Fir’aun dan tentaranya terus saja mengejar, hingga Musa dan pengikutnya terdesak di tepi laut merah.
Allah mewahyukan kepada Musa untuk memukulkan diriku ke laut, maka terbelahlah laut itu, dan Musa serta pengikutnya bisa melewatinya,
Fir’aun dan tentaranya terus mengejar. Namun apa yang terjadi? Mereka ditelan laut yang terbelah.
Ketika dilanda ombak dan nafas terakhir sudah sampai di tenggorokan, Fir’aun bertaubat kepada Allah, tetapi taubatnya ditolak, sebab sudah terlambat. Jibril AS berkata kepadanya “Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dulu dan kamu termasuk orang – orang yang berbuat kerusakan.” QS Yunus (10): 91.
Aku dibawa Musa hingga ke Palestina. Namun pada suatu saat, ketika Musa yang sudah tua mendaki bukit, diriku terlepas dari genggamannya dan jatuh ke jurang dalam. Musa telah berusaha mengambilku, tetapi ia tak kuasa untuk menuruni jurang yang curam. Karena itulah aku ditinggalkan sendiri di dalam kelembapan jurang dalam hingga aku tidak merasakan lagi tubuhku sudah menjadi lapuk dan menjadi rabuk bagi tanah.
Sumber : majalah ALKISAH NO.24/17-30 NOV. 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

love network

love network
love for all